Prodi PKh FIP UNJ Segarkan Kemampuan Guru SLB di Pekalongan Dalam Menangani Anak Berkebutuhan Khusus

Sejumlah guru SLB sekitar wilayah kota dan kabupaten Pekalongan foto bersama usai mengikuti kegiatan bimtek yang digelar Prodi PKh FIP UNJ, awal Agustus 2024 lalu.Sejumlah guru SLB sekitar wilayah kota dan kabupaten Pekalongan foto bersama usai mengikuti kegiatan bimtek yang digelar Prodi PKh FIP UNJ, awal Agustus 2024 lalu.

Metropolitanupdate.com – Kehadiran giat bimbingan teknis oleh para dosen Program Studi Pendidikan Khusus (PKh) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di SLBN Wiradesa Kabupaten Pekalongan memberi angin segar di sekolah itu. Selama ini sekolah jarang mendapat sentuhan langsung dari para pakar karena terlena dengan kewajiban menjalankan tugas mengajar.

“Kami sangat senang sekali UNJ memiliki program pengabdian masyarakat seperti ini. Sebagai seorang guru kami kadang terlena, karena sudah terbiasa mengajar dan menangani anak-anak sehingga kami lupa untuk meng-upgrade program dan kemampuan kami. Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, kami bisa me-refresh lagi kemampuan kami agar nantinya dapat lebih maksimal,” ujar Olif, salahsatu guru SLB yang hadir dalam acara itu.

Puluhan guru SLB se Kabupaten Pekalongan nampak antusias mengikuti giat yang dilaksanakan prodi PKh FIP UNJ di SLBN Wiradesa, Kamis (1/8/2024) lalu.

Koordinator Program Studi Pendidikan Khusus, sekaligus pemateri Dr. Indra Jaya, M.Pd memaparkan materi mengenai “Pengembangan Instrumen Asesmen bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Pada Kurikulum Merdeka.” Indra menjelaskan bagaimana penilaian atau asesmen yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus. Salah satunya dalam melakukan proses asesmen tidak harus melakukan secara tertulis, tetapi bisa juga melalui ujian lisan, praktek atau strategi lainnya yang bisa menyesuaikan dengan kemampuan anak.

“Terkadang anak tunagrahita itu bukan tidak memahami isinya, tetapi mereka tidak bisa membaca kalimatnya saja. Ini yang harus dijadikan pekerjaan rumah untuk para guru dalam mengajarkan peserta didiknya. Ajarkan dari hal yang paling sederhana secara bertahap dan perlahan,” kata Indra.

Dalam kesempatan itu, pemater lainnya, Drs. Bahrudin, M.Pd memaparkan mengenai “Kaidah Penulisan Butir Soal Dalam Asesmen Pendidikan”. Bahrudin menjelaskan bahwa dalam memberikan soal untuk asesmen kepada peserta didik harus sesuai dengan kaidah kepenulisannya. Di antaranya soal harus sesuai dengan indikatornya. Setiap soal hanya boleh memiliki satu jawaban yang benar dan usahakan agar opsi jawaban homogen.

“Dalam membuat soal untuk peserta didik, kita harus tetap menyusun sesuai kaidah yang sesuai. Namun untuk penerapannya, bisa kita improvisasi menyesuaikan dengan kemampuan sang anak. Jadi tidak apa-apa jika para guru ingin menyesuaikan pengajaran atau penyampaian soal sesuai kemampuan peserta didiknya,” ujar Bahrudin.

Sementara itu, Dr. M. Arief Taboer, M.Pd menjelaskan mengenai “Identifikasi Peserta Didik Disabilitas Majemuk”.

Arief mengatakan “Dari banyaknya disabiitas di dunia. Disabilitas Majemuk terdeteksi paling banyak tetapi tidak terlayani dengan baik dan sesuai. Bahkan 43 siswa dari 10 sekolah di Jakarta terdeteksi mengalami Disabilitas Majemuk. Sedihnya mereka dilayani dengan kurikulum disabilitas Tunggal,” ujarnya.

Pada materi kali ini, Arief mengajak para guru untuk menyadari pentingnya mengidentifikasi anak yang dinilai mempunyai kecenderungan kepada disabilitas majemuk.

“Pembelajaran dan pengajaran kepada peserta didik yang memiliki disabilitas tunggal dengan yang memiliki disabilitas majemuk sangatlah berbeda. Jika kita salah mengidentifikasi maka akan terjadi masalah juga pada perkembangan peserta didik,” ujar Arief.

Lebih lanjut, Arief menjelaskan bahwa kurikulum saat ini belum banyak yang menyadari terkait kurikulum Disabilitas Majemuk. Para stakeholder hanya membuat kurikulum untuk disabilitas lainnya (tunggal).

“Lalu jika ada 2 atau lebih disabilitas pada peserta didik kita, kita harus memberikan kurikulum yang apa? Dan dengan pengajarannya yang bagaimana? Untuk itu, para guru bisa mulai menuliskan jika merasa memiliki peserta didik yang disabilitasnya lebih dari satu. Agar nantinya dapat saya sampaikan, dan kita usahakan pengajaran yang lebih baik untuk peserta didik disabilitas majemuk kita,” tandas Arief.

Pada penyampaian materi terakhir yang disampaikan oleh Marja, M.Pd membahas mengenai  “Bimbingan Teknisi Layanan Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Guru SLB.”. Marja menjelaskan bahwa para guru mengemban amanah sebagai guru di SLB dan SD merupakan hal yang cukup berat. Selain memiliki kewajiban mengajar, guru juga diharapkan dapat sekaligus menjadi layanan bimbingan konseling.

“Menjadi guru di SLB saja sudah berat, ditambah harus bisa menjadi konselor dadakan bagi para peserta didik, bertambahlah beratnya. Walaupun seperti itu, kita tetap harus menjalankannya,” ujar Marja.

Lebih lanjut, Marja mengatakan, menjadi guru Bimbingan Konseling untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan perencanaan yang matang dan sesuai dengan kebutuhan tiap peserta didik. “Agar nantinya kita dapat mendidiknya secara optimal. Anak berkebutuhan khusus yang berkembang dengan stimulus yang baik dan secara optimal sejak kecil, akan lebih matang menghadapi hal-hal di masa depannya,” ujarnya. (Heri Kiting)

Tags: , , , , , ,

Baca Juga

Rekomendasi lainnya